Ajang paralimpiade 2020 yang digelar di Tokyo menjadi ajang yang menjadi titik balik bagi kebangkitan Indonesia di dunia olahraga. Pasalnya pada ajang paralimpiade ini atlet Indonesia berhasil menorehkan prestasi yang sangat membanggakan yakni dengan perolehan medali yang meningkat pesat dari ajang paralimpiade sebelumnya.
Salah satu cabang olahraga yang berhasil memperoleh medali emas di ajang paralimpiade 2020 ini yakni dari cabang olahraga Ganda Putri badminton SL3-SU5 yang dimainkan oleh Leani Ratri Oktila dan juga Khalimatus Sadiyah yang berhasil mendapatkan medali emas setelah menang bertanding melawan Ganda Putri badminton asal Tiongkok.
Dengan perolehan emas yang berhasil didapatkan oleh pasangan ganda putri ini membuat warga Indonesia bahagia dengan berita paralimpiade 2020 ini dan bertanya-tanya kira-kira siapakah sosok Leani Ratri Oktila dan juga Khalimatus Sadiyah ini yang bisa tetap berprestasi meskipun di tengah keterbatasan fisik yang dialami mereka.
Leani Ratri Oktila sendiri merupakan wanita yang lahir pada tanggal 6 Mei 1991, sebenarnya Leani dilahirkan dalam keadaan yang normal bahkan ia sempat mengikuti pelatihan badminton dengan kondisi fisik yang normal. Tetapi pada tahun 2011 ia mengalami kecelakaan yang akhirnya membuat kaki kirinya rusak dan menjadi lebih pendek 7 cm dibanding dengan kaki kanannya.
Namun dengan keterbatasan baru yang ia dapatkan ini tidak mematahkan semangatnya menjadi seorang atlet. Ia pun tetap berlatih dan bergabung bersama tim latihan untuk atlet paragames sejak tahun 2013. Dengan semangat dan juga kegigihan yang tinggi akhirnya Leani pun tetap bisa mewujudkan cita-citanya menjadi seorang atlet bulutangkis.
Terbukti dengan kegigihannya ini Leani berhasil menorehkan beberapa penghargaan dan juga medali di beberapa ajang paralimpiade dunia. Prestasi yang berhasil ia peroleh diantaranya seperti pada ajang BWF dimana ia berhasil mendapatkan emas pada pertandingan ganda campuran tahun 2017 di Korea, kemudian kembali mendapatkan emas tunggal putri tahun 2019, dan juga emas ganda campuran tahun 2019 di Swiss.
Selain gelaran turnamen tingkat dunia BWF yang ia ikuti masih banyak lagi turnamen paragames yang ia ikuti dan berhasil memperoleh medali emas. Ajang BWF ini dianggap sebagai ajang yang paling bergegsi untuk atlet paragames. Pada ajang itu pula akhirnya Liani berhasil mendapatkan gelar sebagai salah satu pemain paragames badminton putri terbaik di dunia.
Tidak jauh berbeda dengan Liani, rekan satu timnya yakni Khalimatus Sadiyah juga banyak menorehkan prestasi di ajang paragames badminton kelas dunia. Khalimatus Sadiyah ini merupakan perempuan kelahiran 17 September 1999 asal Mojokerto yang sudah memiliki keterbatasan sejak ia kecil, namun hal itu tidak membuatnya berkecil hati.
Khalimatus Sadiyah atau yang biasanya dipanggil Alim ini mengikuti pelatihan badminton sejak ia kelas 5 SD yang mana pada saat itu ia mengikuti klub badminton di Kota Mojokerti yakni Bendo Sport Mojokerto. Dari situlah karirnya di dunia badminton semakin berkembang pesat sampai akhirnya tahun 2013 ia mengikuti Kejuaraan Paralympic Pelajar Nasional di Jakarta.
Melalui ajang itulah akhirnya Alim bisa memasuki klasifikasi SL4 karena berhasil mendapatkan medali emas dan membuat ia bisa bergabung dengan NPC Indonesia untuk mengikuti program pelatihan atlet nasional di Kota Solo yang akhirnya berhasil membua ia mendapatkan tiket untuk bisa mengikuti ajang paralimpiade Tokyo 2020.
Dengan segala keterbetasan yang dimiliki oleh pasangan ganda putri ini mereka tetap dapat membuktikan bahwa orang normal dan orang disabilitas tetap memiliki peluang yang sama-sama besar.