Heru Dewanto Harumkan Cirebon Power dengan Prestasi

Bisnis190 views

Perusahaan Pembangkit Cirebon Power yang juga merupakan Konsorsium Pembangkit listrik berhasil menyabet dua penghargaan. Di tangan Heru Dewanto, perusahaan ini berhasil mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang ramah lingkungan.

Cirebon Power beerhasil mendapatkan penghargaan The Best Pioneer In Utilization of Clean Coal Technology in The Country di perhelatan ASEAN Outsanding Engineering Achievement Award 2018 yang diadakan di Singapura pada 14 November 2018. Penghargaan bergengsi ini diberikan oleh ASEAN Federation of Engineering Organisations (AFEO). Penghargaan ini merupakan apresiasi dari terobosan PLTU 1x660MW Cirebon yang telah menjadi pelopor untuk penerapan teknologi batubara bersih.

Tak hanya itu, perusahaan pembangkit listrik ini di tangan Heru Dewanto juga memenangkan penghargaan bergengsi lainnya: penghargaan The Best Environmentally Concerned Company. Yakni penghargaan yang diberikan kepada perusahan yang paling peduli pada kelestarian lingkungan. Enghargaan ini diberikan dalam ajang Indonesia Best Electricity Award 2018 di Jakarta, 15 November 2018. Dalam ajang penghargaan ini, Cirebon Power dinilai telah terbukti memiliki komitmen tinggi dan berhasil sukses menjaga lingkungan dalam menjalankan pembangkit listriknya.

Presiden Direktur Cirebon Power, Heru Dewanto, mengatakan, penghargaan ini adalah bukti peneguhan dan apresiasi atas kerja keras seluruh perusahaan dalam upaya untuk turut melestarikan lingkungan. Pengakuan-pengakuan atau penghargaan kepada Cirebon Power saat ini telah banyak didapatkan dari kalangan masyarakat, akademisi, industri, pemerintah dan pihak internasional.

Bagaimana pun, penghargaan ini merupakan bukti kepedulian Cirebon Power pada upaya pelestarian lingkungan. Jadi pengakuan ini adalah buag dari kerja keras dan usaha seluruh karyawan di Cirebon Power yang bersungguh-sungguh dalam menjalankan values atau nilai-nilai yang ditanamkan oleh perusahaan.

Tak cukup sampai di situ, Heru Dewanto mengatakan bahwa Cirebon Power akan terus berkomitmen meningkatkan performanya. Seluruh kinerja dan standar operasi yang ada di perusahaan pembangkit ini juga akan ditingkatkan. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan performa perusahaan dalam rangka menjalankan pembangkit listrik agar lebih baik.

Ya, Cirebon Power adalah perusahaan konsorsium pembangkit listrik yang mengoperasikan PLTU Cirebon dengan 660 MW yang didirikan sejak 2012. Pembangkit ini termasuk pembangkit yang paling awal menerapkan teknologi super critical yang ramah lingkungan dibandingkan dengan PLTU biasa lainnya. Saat ini Cirebon Power juga tengah membangun PLTU Cirebon Unit II dengan kapasitas 1.000 MW. Pembangkit baru yang diproyeksikan bisa beroperasi pada 2022 itu akan mengadopsi penggunaan teknologi yang lebih maju dan bersih, yakni teknologi Ultra Super Critical.

Pengamat dan pakar kelistrikan Supriadi Legino yang menjabat Rektor Sekolah Tinggi Teknik PLN mengatakan bahwa Cirebon Power telah terbukti menekan emisi dengan sangat baik. Cirebon Power berhasil menekan hingga jauh di bawah standar nasional. Teknologinya jelas sudah jelas ramah lingkungan. Kiranya PLTU Cirebon Power bisa menjadi contoh pembangkit masa depan yang turut meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.

Teknologi Cirebon Power ini sesuai dengan arahan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar yang mendorong dan mendukung pembangkit-pembangkit yang ramah lingkungan. Karena bagaimanapun penerapan teknologi ini dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara upaya penyediaan listrik di seluruh daerah dan menjaga kelestarian lingkungan. Indonesia sedang mendorong penerapan pembangkit yang bersih dan ramah lingkungan. Ke depannya, pembangkit-pembangkit yang clean energy akan terus dibangun.

Konsorsium pembangkit listrik Cirebon Power kini tengah memacu pembangunan PLTU Unit II (Cirebon Expansion) yang berkapasitas 1.000 MW. Awal tahun 2020, progres pembangunan dari proyek ini keseluruhan telah mencapai 71,82%.

Progres dari perkembangan ini lebih cepat dari target yang direncanakan, yaitu 70,88%. Sementara saat ini, secara keseluruhan, pembangunan pembangkit unit II telah mencapai 71,82%. Ini lebih cepat dari perencanaan sebesar 70,88%.

Khusus untuk bagian pembangunan konstruksi telah mencapai 59,38% selesai. Pencapaian ini juga lebih cepat dari rencana yaitu 58,36%. Sementara itu, beberapa pembangunan konstruksi yang sudah hampir rampung, antara lain, cerobong (chimney) dan dermaga (jetty).

Pembangunan dari PLTU Cirebon II telah ditargetkan bisa selesai pada Februari 2022. Dengan adanya percepatan pembangunan, Cirebon Power optimis bahwa pembangunan proyek akan bisa selesai tepat pada waktunya.

Pembangunan pembangkit ini merupakan salah satu proyek yang merupakan bagian dari program 35.000 MW yang akan dibangun dengan total investasi mencapai US$ 2,2 miliar. Konsorsium pembangkit swasta yang dibentuk perusahaan dari tiga negara yaitu Indonesia, Jepang dan Korea Selatan ini menjadi pelopor energi batubara bersih di Indonesia. Cirebon power diharapkan berhasil menggunakan teknologi ultra super critical (USC). Kelebihan dari teknologi ini bisa mengurangi tingkat emisi sehingga bisa ramah terhadap lingkungan.

Pembangkit besutan Heru Dewanto ini sejak tahun 2012 telah mengoperasikan PLTU Cirebon I 660 MW. Perusahaan ini dibangun dengan menggunakan teknologi batu bara bersih yaitu super cricital.  Cirebon Power telah membangun PLTU Cirebon I 660 MW yang saat itu telah menjadi pelopor pembangit yang ramah lingkungan. Kini Cirebon Power akan membawa teknologi yang lebih baik dan maju lagi.

Selain penerapan teknologi batubara yang bersih, Cirebon Power pada 2020 ini juga meraih penghargaan lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Penghargaan ini  berupa Proper Hijau. Penghargaan Proper Hijau ini diberikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Proper merupakan penilaian yang penting. Yakni, penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam mengelola lingkungan. Peringkat kinerja usaha dan atau kegiatan ini diberikan dalam bentuk: PROPER Emas, PROPER Hijau, PROPER Biru, PROPER Merah, dan PROPER Hitam.

Predikat hijau merupakan indikator dan apresiasi bentuk ketaatan yang melebihi dari yang disyaratkan oleh regulasi pemerintah. Juga merupakan bukti dari keberhasilannya dalam mengelola lingkungan yang bisa memberi nilai lebih untuk masyarakat. Cirebon Power menargetkan untuk bisa mendapat peringkat proper yang lebih tinggi dalam 3 tahun mendatang. Targetnya, Heru Dewanto bisa mengantarkan Proper Hijau tiga kali berturut-turut, lalu kemudian bisa meraih emas.